/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://cur.cursors-4u.net/cursors/cur-11/cur1028.ani), url(http://cur.cursors-4u.net/cursors/cur-11/cur1027.png), progress !important;} /* End http://www.cursors-4u.com */

Minggu, 03 April 2016

Pemahaman Seputar Indeks Massa Tubuh

Salah satu cara untuk mengetahui berapa besar risiko kesehatan Anda adalah melalui indeks massa tubuh (IMT). Metode ini digunakan untuk menentukan berat badan yang sehat berdasarkan berat dan tinggi badan.

Angka indeks massa tubuh atau dalam bahasa Inggris adalah body mass index (BMI) digunakan untuk menunjukkan kategori berat badan seseorang apakah sudah proporsional atau belum. Melalui BMI, seseorang akan tahu apakah dia termasuk kategori berberat badan normal, kelebihan, atau justru kekurangan.



Perkiraan jumlah total lemak dalam tubuh yang muncul adalah hasil dari pembagian berat badan seseorang dalam satuan kilogram dengan tinggi mereka dalam meter kuadrat. Bagi beberapa kelompok orang, nilai indeks massa tubuh kemungkinan tidak akurat. Mereka yang sedang hamil, adalah binaragawan, atau atlet dengan tingkat aktivitas tinggi adalah golongan yang kemungkinan nilai IMT mereka tidak mencerminkan kesehatan saat itu. Artinya, meski nilai IMT mereka di atas normal, ini bukan berarti mereka memiliki lemak berlebihan.


Perhitungan IMT sendiri dibagi menjadi empat kategori.


  1. Seseorang mengalami obesitas jika IMT-nya sama dengan atau di atas 30.
  2. Saat IMT seseorang menyentuh angka 25-29,9, maka dia dikategorikan mengalami kelebihan berat badan.
  3. IMT normal berada di kisaran 18,5-24,9.
  4. Jika seseorang memiliki IMT di bawah angka 18,5, maka orang tersebut memiliki berat badan di bawah normal.

Sedangkan untuk populasi Asia, termasuk Indonesia, pengelompokan IMT adalah sebagai berikut:


  1. Seseorang mengalami obesitas jika IMT-nya berada di atas 25.
  2. Saat IMT seseorang menyentuh angka 23-24,9, maka dia dikategorikan mengalami kelebihan berat badan.
  3. IMT normal berada di kisaran 18,5-22,9.
  4. Jika seseorang memiliki IMT di bawah angka 18,5, maka orang tersebut memiliki berat badan di bawah normal.

Sayangnya, angka-angka di atas juga kurang akurat jika diterapkan kepada penderita gangguan makan, seperti anoreksia nervosa. Angka indeks massa tubuh juga tidak mewakili bagi mereka yang mengalami obesitas tingkat ekstrem.

Jangan Terlalu Mengandalkan Indeks Massa Tubuh
IMT memang bisa dijadikan patokan agar seseorang waspada terhadap berat badan yang tidak normal, namun jika hanya bergantung kepada IMT secara berlebihan bukanlah tindakan yang tepat.

Salah satu kelemahan perhitungan indeks massa tubuh adalah tidak akuratnya saat menghitung lemak tubuh pada anak-anak dan perempuan. Jika ada dua individu memiliki indeks massa tubuh yang sama, namun berbeda jenis kelamin dan usia, maka hal tersebut perlu juga diperhitungkan.

Berdasarkan usia misalnya, orang dewasa cenderung memiliki lebih banyak lemak tubuh dibandingkan anak-anak. Demikian juga terhadap jenis kelamin, kaum hawa secara alami memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dari pria.

Dari mana asal berat badan seseorang juga bisa menjadi perhitungan indeks massa tubuh menjadi tidak akurat, misalnya saja para atlet atau binaragawan. Kedua kelompok ini kemungkinan memiliki berat badan yang lebih banyak berasal dari massa otot bukan lemak tubuh.

Demikian juga dengan aktivitas dan bentuk tubuh seseorang. Meski memiliki indeks massa tubuh yang normal, orang-orang dengan gaya hidup sedentari kemungkinan memiliki lemak tubuh lebih banyak. Untuk tipe tubuh berbentuk apel dan pir, lokasi lemak perlu lebih dipertimbangkan dibandingkan hanya berfokus pada nilai IMT.

Pemilik bentuk tubuh apel yang kandungan lemak di perutnya lebih tinggi, dinilai lebih rentan mendapat gangguan kesehatan. Lemak yang mengendap di sekitar pinggang terkait dengan risiko penyakit jantung dan diabetes tipe 2. Pemilik tubuh bentuk pir yang memiliki timbunan lemak di pinggul dan paha dianggap lebih aman dari ancaman penyakit-penyakit tersebut.

Hal yang patut diperhatikan namun luput dari perhitungan ala IMT adalah etnis seseorang. Masing-masing etnis dihadapkan kepada ancaman kesehatan tersendiri. Membandingkan orang Asia dan orang kulit putih dengan IMT yang sama, orang beretnis Asia berisiko lebih tinggi menderita diabetes. Bagi orang Asia, IMT 27 atau lebih tinggi sudah termasuk obesitas. Padahal, kategori obesitas secara umum berada pada kisaran IMT lebih dari 30.

Terlepas dari segala kekurangannya, perhitungan IMT baik diketahui terutama sebagai pengingat seseorang akan pemeliharaan berat badan yang sehat. Dengan memiliki berat badan yang normal, keuntungan berikut bisa didapatkan.


  1. Berat badan yang normal memungkinkan seseorang dapat melakukan aktivitas lebih banyak.
  2. Berat badan ideal juga meminimalkan seseorang dari risiko terkena nyeri sendi dan nyeri otot.
  3. Orang yang memiliki berat badan normal memiliki pola tidur yang lebih baik dibandingkan mereka yang tidak.
  4. Kinerja jantung akan lebih ringan bagi seseorang dengan berat badan normal.
  5. Peredaran darah dan metabolisme juga akan lebih baik jika seseorang memiliki berat badan yang ideal.
  6. Berat badan normal juga dapat mengurangi risiko terkena penyakit jantung dan kanker tertentu.
  7. Mengurangi berat badan secara tidak langsung juga mengurangi kolesterol, trigliserida, glukosa darah, dan mengurangi risiko terkena diabetes tipe 2.

Mengingat banyaknya keuntungan memiliki berat badan ideal, pengetahuan mengenai indeks massa tubuh masih layak untuk dipertahankan terutama sebagai kontrol diri. Pastikan pola makan yang sehat dan olahraga yang teratur menjadi kebiasaan Anda sehari-hari.

Sumber :

http://www.alodokter.com/pemahaman-seputar-indeks-massa-tubuh

Tidak Ada Yang Menduga Ternyata Ini Gejala Awal HIV

Virus HIV yang menginfeksi seseorang tidak serta-merta langsung menimbulkan gejala-gejala berat. Perlu waktu yang cukup lama hingga infeksi HIV berkembang menjadi kondisi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).

Seseorang yang terkena HIV akan mengalami tiga tahap infeksi. Tahap paling awal infeksi HIV biasa disebut dengan infeksi akut atau serokonversi, biasanya terjadi dalam rentang waktu 2-6 minggu setelah terpapar. Dalam tahap ini, sistem kekebalan tubuh akan berjuang untuk menaklukkan virus HIV. Gejala yang muncul pun akan mirip dengan gejala-gejala yang timbul akibat serangan virus lainnya, misalnya penyakit flu. Sebanyak 50-90% orang yang terinfeksi HIV mengalami gejala-gejala tersebut. Lama munculnya gejala bisa berlangsung selama 1-2 minggu.



Gejala akut HIV ini kemudian akan menghilang, sementara virus akan benar-benar memasuki tahap infeksi kedua, yaitu tahap nongejala. Setelah tahap kedua, maka selanjutnya status HIV akan memasuki tahap ketiga alias menjadi AIDS.

Yang dimaksud dengan gejala awal HIV adalah gejala-gejala yang biasa muncul pada sekitar enam bulan awal sejak terpapar, termasuk kumpulan gejala akut yang menyerupai penyakit flu atau yang biasa disebut acute retroviral syndrome (ARS). Beberapa kondisi di bawah ini adalah gejala-gejala awal yang mungkin muncul saat seseorang terkena penyakit mengerikan ini.

Demam

Salah satu gejala acute retroviral syndrome (ARS) yang pertama kali muncul biasanya berupa demam ringan dengan suhu tubuh mencapai 38,9 derajat Celcius. Gejala awal ini sendiri biasanya datang tidak sendirian karena dapat dibarengi beberapa gejala lain yang menyertainya, seperti kelelahan, pembengkakan kelenjar getah bening, dan sakit tenggorokan.

Kelelahan

Sistem kekebalan tubuh akan memberikan respon inflamasi terhadap infeksi HIV. Hal ini akan mengakibatkan tubuh mengalami rasa lelah dan lesu.

Nyeri pada Kelenjar Getah Bening dan Otot

Nyeri pada persendian, otot, dan kelenjar getah bening juga dapat menjadi salah satu gejala awal HIV. Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh dan kemungkinan besar akan mengalami peradangan saat terjadi infeksi. Jika peradangan terjadi di kelenjar getah bening, maka ketiak, pangkal paha, dan leher kemungkinan akan terasa nyeri. Selain itu, sama halnya dengan infeksi virus lainnya, gejala awal HIV dapat meliputi nyeri pada sendi dan otot.

Gejala-gejala Lainnya

Sakit kepala, nyeri di tenggorokan, dan munculnya ruam di kulit adalah beberapa gejala lain yang patut diwaspadai. Salah satu gejala awal yang khas pada penderita HIV adalah adanya luka terbuka atau borok di daerah mulut. Gejala ini sendiri biasanya hilang setelah beberapa minggu mendiami mulut.

Gejala-gejala di atas belum tentu menjadi kepastian bahwa seseorang terinfeksi HIV. Sebaliknya, ada sebagian orang yang meski telah mengidap penyakit ini selama bertahun-tahun namun tetap tidak merasakan gejala-gejala awal seperti di atas. Meski tidak muncul gejala, penderita tetap dapat menularkan virus HIV pada orang lain.

Yang terbaik dilakukan saat timbul rasa was-was terkena HIV adalah melakukan tes di rumah sakit. Jika hasil tes tersebut ternyata positif, pastikan untuk berkonsultasi kepada dokter demi mendapatkan rekomendasi penanganan yang tepat.

Bagi siapa pun yang telah merasakan gejala awal HIV dan hasil tesnya positif, selain mencari tahu pengobatan yang tepat, ketahui pula bagaimana cara mencegah penyebaran virus ini kepada orang lain. Ketahuilah langkah-langkah penting apa saja yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko menjadi agen penyebar HIV.

Sumber :

http://www.alodokter.com/tidak-ada-yang-menduga-ternyata-ini-gejala-awal-HIV
X-Steel - Wait